Senin, 28 Oktober 2013

Yudisiumblo

Kemeja putih? Siap!
Celana hitam? Oke!
Dasi?? Udah pinjem kemarin.. Siap!
Muka?? Udah gak usah dibahas lebih dalam.. tetep abstrak muka gue diapain aja.

Hari ini mungkin menjadi hari bersejarah di kampus gue buat seantero angkatan. Udah menjadi tanding topik dari mulai tadi malem sampai mau berangkat. Yudisium namanya. Ini mungkin saat yang penting namun sayang ketenarannya kalah pamor ama kata wisuda di mata ibu gue


“buk aku yudisium!!”
“oh”
“...”
“wisuda kapan le??”
“...”
“le?? Le??”

Ya mungkin yudisium bukan apa-apa ketika toga tak kita pakai tapi ini waktu yang sangat penting. Gak ikut wisuda itu biasa tapi gak ikut yudisium membuat nilai di mata mertua menjadi minus tingkat akut. Gak lulus men jadinya. Eee buat yang jomblo entah keminusannya buat siapa.

Gue pun dengan langkah tegap menuju gedung tempat kami akan di yudisium. Anak-anak sudah menunggu lama di sana. Pengumuman mengharuskan kami datang jam 8 tapi kami dianggurin di luar selama sekitar setengah jaman lebih. Bukan mahasiswa klo gak bisa memanfaatkan waktu luang dikit. Akhirnya waktu sedikit itu langsung dibuat berfoto ria. Maklumlah klo dulu berdoa sebelum makan sekarang instagram sebelum makan. Begitu pula dengan sebelum yudisium. Muka-muka bersih –oke, kecuali gue- dengan rambut klinis dan jilbab ala ombak badai syahrini pun bertebaran di seantero twitter dan instagram. Bukannya mau ngeksis ataupun alay tapi gue cuma ikut suasana aja. Serius.

Awalnya gue pede banget ama pentalian dasi gue dengan bentuk kepala dasi segitiga kecil gak jelas. Gue anggep itu rapi dan bagus sampai akhirnya Sutan ngomong “ah kyak dasimu yang rapi-rapi amat ul” setelah gue mencerca Amik yang bentuk dasinya gak kalah aneh dari gue. Setelah itu gue menuju Frisa, menarik dasi gue dan berharap dia bisa membuat dasi gue sekeren muka gue.

Lima belas menit berlalu dan kepala dasi gue masih berbentuk trapesium tapi lebih rapi. Ternyata para wanita pun kesulitan untuk membuat segitiga. Sampai akhirnya dia menyerah dan terlihat dasi gue kepalanya bisa dibilang segitiga yang tak sempurna. Ini membuat gue sadar bahwa calon istri gue harus bisa membuat simpul segitiga buat dasi gue nantinya. Wajib. Apa dikata klo nanti gue jadi presiden dan dasi gue bentuknya trapesium pas ketemu Nabila JKT.

 Akhirnya pintu dibuka dan kami mendapatkan tempat duduk di tribun atas paling timur. Anak-anak semua udah ngumpul. Gue sebenernya sudah menyarankan buat dikumpulin dulu dan kita bisa yudisium dengan lengkap. Karena saran itu mbak Nurul bilang gue bijaksana. Emang hanya orang seperti mbak Nurul yang tau kebijaksanaan gue. #tsaahh

Tampak para wanita di kelas gue memalingkan pandangannya ke arah bawah. Mereka sedang memandang anak BeCe (mimik gaya sepongebob). Sebenernya sudah semalem hal ini menjadi heboh di WA grup kelas gue. Apalagi buat si Lea. Maklum jomblo yang sedang mencari jodoh. Entah kenapa setiap kehadiran anak-anak BeCe serasa kegantengan kami –ee bentar salah tulis- kegantengan temen-temen gue menurun drastis padahal jika dibandingkan kita gak kalah gagah dari mereka. Bahkan mungkin lebih gagah. Misal nih ya otot mereka banyak yang kekar, otot kita juga kekar kok bedanya mereka di tangan kita di jempol. Mereka kebanyakan ngankat barbel, kita kebanyakan mencet tombol buat maen dota ataupun PES. Gak ada bedanya kan?? *lempar sandal ama seantero anak BC*. Gimanapun dan sebersaing apapun ama anak BC atas nama kegantengan ataupun apalah gue tetep applause atas korsa mereka. Itu keren men. Sumpah!!

Anak akun pas di baca namanya pada ribut gak karuan dengan mendorong-dorong si pemilik nama dengan tepuk tangan tiap kelas. Bayangin pas di bacain nama peringkat paling bawah semua heboh gak karuan dan pas semakin keatas bukannya semakin heboh tapi semua mulai lemas. Ya iyalah 1240 anak dibacain satu-satu. Entah udah berapa kali mas-mas dan mbak-mbak sekre gantian sampai-sampai gak mau bacain lagi saking banyaknya angkatan gue. pas dibacain nama-nama BC mereka diam dan kita yang heboh sendiri. Akhirnya ketika nama ketiga dipanggil kita semua juga diam. Sampai akhirnya pas dibacain nama terakhir mereka berdiri dan memberi hormat. Semua itu bro. Keren sumpah. sifatnya bukan orangnya. Gini-gini gue masih normal. Ya meskipun akhirnya si anak juga jadi sasaran tonyol-tonyolan temennya.

Semua berubah ketika pak kepala sekolah kami bersabda “ dengan ini kalian dinyatakan LULUS dan berubah statusnya menjadi alumni”. Semua bersorak kegirangan. Gue juga. Temen gue trelihat menampangkan wajah agak sedih.

“gue tetep jomblo” sambil ditepuk-tepuk oleh teman di belakangnya. Kesiaaaannn.

Dengan menampangkan wajah prihatin gue pun memberikan kata mutiara kepadanya.

“seenggaknya status lo ada yang berubah men dari mahasiswa jomblo menjadi alumni jomblo men”
Ya yudisium telah merubah status dari mahasiswa menjadi alumni tapi tak merubah status dari jomblo menjadi jadian. Mungkin bisa diubah menjadi single kali ya. seperti kata temen gue jomblo itu takdir tapi single itu pilihan. haha. Ngelesnya kemana-mana -___-“

Happy graduated friendsssssss
:D




Tidak ada komentar:

Posting Komentar