Kemeja putih?
Siap!
Celana hitam?
Oke!
Dasi?? Udah
pinjem kemarin.. Siap!
Muka?? Udah
gak usah dibahas lebih dalam.. tetep abstrak muka gue diapain aja.
Hari ini
mungkin menjadi hari bersejarah di kampus gue buat seantero angkatan. Udah
menjadi tanding topik dari mulai tadi malem sampai mau berangkat. Yudisium
namanya. Ini mungkin saat yang penting namun sayang ketenarannya kalah pamor
ama kata wisuda di mata ibu gue
“buk aku
yudisium!!”
“oh”
“...”
“wisuda kapan
le??”
“...”
“le?? Le??”
Ya mungkin
yudisium bukan apa-apa ketika toga tak kita pakai tapi ini waktu yang sangat
penting. Gak ikut wisuda itu biasa tapi gak ikut yudisium membuat nilai di mata
mertua menjadi minus tingkat akut. Gak lulus men jadinya. Eee buat yang jomblo
entah keminusannya buat siapa.
Gue pun
dengan langkah tegap menuju gedung tempat kami akan di yudisium. Anak-anak
sudah menunggu lama di sana. Pengumuman mengharuskan kami datang jam 8 tapi
kami dianggurin di luar selama sekitar setengah jaman lebih. Bukan mahasiswa
klo gak bisa memanfaatkan waktu luang dikit. Akhirnya waktu sedikit itu
langsung dibuat berfoto ria. Maklumlah klo dulu berdoa sebelum makan sekarang
instagram sebelum makan. Begitu pula dengan sebelum yudisium. Muka-muka bersih
–oke, kecuali gue- dengan rambut klinis dan jilbab ala ombak badai syahrini pun
bertebaran di seantero twitter dan instagram. Bukannya mau ngeksis ataupun alay
tapi gue cuma ikut suasana aja. Serius.
Awalnya gue
pede banget ama pentalian dasi gue dengan bentuk kepala dasi segitiga kecil gak
jelas. Gue anggep itu rapi dan bagus sampai akhirnya Sutan ngomong “ah kyak
dasimu yang rapi-rapi amat ul” setelah gue mencerca Amik yang bentuk dasinya
gak kalah aneh dari gue. Setelah itu gue menuju Frisa, menarik dasi gue dan
berharap dia bisa membuat dasi gue sekeren muka gue.
Lima belas
menit berlalu dan kepala dasi gue masih berbentuk trapesium tapi lebih rapi. Ternyata
para wanita pun kesulitan untuk membuat segitiga. Sampai akhirnya dia menyerah
dan terlihat dasi gue kepalanya bisa dibilang segitiga yang tak sempurna. Ini membuat
gue sadar bahwa calon istri gue harus bisa membuat simpul segitiga buat dasi
gue nantinya. Wajib. Apa dikata klo nanti gue jadi presiden dan dasi gue bentuknya
trapesium pas ketemu Nabila JKT.
Akhirnya pintu dibuka dan kami mendapatkan
tempat duduk di tribun atas paling timur. Anak-anak semua udah ngumpul. Gue
sebenernya sudah menyarankan buat dikumpulin dulu dan kita bisa yudisium dengan
lengkap. Karena saran itu mbak Nurul bilang gue bijaksana. Emang hanya orang
seperti mbak Nurul yang tau kebijaksanaan gue. #tsaahh
Tampak para
wanita di kelas gue memalingkan pandangannya ke arah bawah. Mereka sedang
memandang anak BeCe (mimik gaya sepongebob). Sebenernya sudah semalem hal ini
menjadi heboh di WA grup kelas gue. Apalagi buat si Lea. Maklum jomblo yang
sedang mencari jodoh. Entah kenapa setiap kehadiran anak-anak BeCe serasa
kegantengan kami –ee bentar salah tulis- kegantengan temen-temen gue menurun
drastis padahal jika dibandingkan kita gak kalah gagah dari mereka. Bahkan
mungkin lebih gagah. Misal nih ya otot mereka banyak yang kekar, otot kita juga
kekar kok bedanya mereka di tangan kita di jempol. Mereka kebanyakan ngankat
barbel, kita kebanyakan mencet tombol buat maen dota ataupun PES. Gak ada
bedanya kan?? *lempar sandal ama seantero anak BC*. Gimanapun dan sebersaing apapun
ama anak BC atas nama kegantengan ataupun apalah gue tetep applause atas korsa
mereka. Itu keren men. Sumpah!!
Anak akun pas
di baca namanya pada ribut gak karuan dengan mendorong-dorong si pemilik nama
dengan tepuk tangan tiap kelas. Bayangin pas di bacain nama peringkat paling
bawah semua heboh gak karuan dan pas semakin keatas bukannya semakin heboh tapi
semua mulai lemas. Ya iyalah 1240 anak dibacain satu-satu. Entah udah berapa
kali mas-mas dan mbak-mbak sekre gantian sampai-sampai gak mau bacain lagi
saking banyaknya angkatan gue. pas dibacain nama-nama BC mereka diam dan kita
yang heboh sendiri. Akhirnya ketika nama ketiga dipanggil kita semua juga diam.
Sampai akhirnya pas dibacain nama terakhir mereka berdiri dan memberi hormat.
Semua itu bro. Keren sumpah. sifatnya bukan orangnya. Gini-gini gue masih
normal. Ya meskipun akhirnya si anak juga jadi sasaran tonyol-tonyolan
temennya.
Semua berubah
ketika pak kepala sekolah kami bersabda “ dengan ini kalian dinyatakan LULUS
dan berubah statusnya menjadi alumni”. Semua bersorak kegirangan. Gue juga. Temen
gue trelihat menampangkan wajah agak sedih.
“gue tetep
jomblo” sambil ditepuk-tepuk oleh teman di belakangnya. Kesiaaaannn.
Dengan menampangkan
wajah prihatin gue pun memberikan kata mutiara kepadanya.
“seenggaknya
status lo ada yang berubah men dari mahasiswa jomblo menjadi alumni jomblo men”
Ya yudisium telah
merubah status dari mahasiswa menjadi alumni tapi tak merubah status dari
jomblo menjadi jadian. Mungkin bisa diubah menjadi single kali ya. seperti
kata temen gue jomblo itu takdir tapi single itu pilihan. haha. Ngelesnya kemana-mana
-___-“
Happy graduated
friendsssssss
:D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar