Kamis, 14 Februari 2013

Ide Gila Mahasiswa Tingkat Akhir



Mahasiswa Tingkat akhir merupakan mahasiswa dimana dengan keadaaan produktifitas masuk kelas yang sangat kecil. Bagai mana tidak, dalam seminggu kami hanya masuk empat kali meskipun itu dalam empat hari yang tiap harinya hanya bisa bertemu dengan satu dosen. Mungkin hal ini juga yang membuat kami memikirkan hal-hal aneh yang bisa membuat bukan hanya membuat hari-hari “libur” itu gak sia-sia namun juga dompet yang akan menebal dengan sendirinya.

Sekitar dua setengah jam kami harus berkutat dengan akuntansi hari ini. Terlihat juga banyak anak kelas yang kantung matanya memiliki kantung mata. Yah mau bagaimana lagi ternyata jadwal Liga Champions yang ada tidak sejalan dengan jadwal kuliah jam delapan pagi. Pulang sepertinya menjadi kata yang bisa membuat kami semua seperti bebas. Bebas untuk menaruh seluruh bagian tubuh ke sebuah benda empuk nyaman yang bernama kasur. Aku, Frisa, Akha dan Ryan berjalan pulang dari Gedung Kuliah yang letaknya paling jauh di kampus kami. Terlihat dari kejauhan Geza, Martha, Sutan, Fachol dan Mute’ sedang berkumpul yang membuat jalan utama ke kampus yang sempitnya minta ampun itu terhalang tubuh2 mereka yang berkerumun menjadi satu.

“Eh ada apa??” tanya si Frisa. Terlihat mereka memandang dengan serius sebuah lembaran kertas merah muda yang bertuliskan “ Bimbel” dan yang dibawahnya bertuliskan “ Dibutuhkan Pengajar”.

 “Waduh aku kalo ngajar gak mau aku” seru si fachol.

“Nah ini aja lu Chol, noh bagus itu” jawab si Ryan sambil menunjukkan sebuah lembaran kertas lainnya yang ada tepat diatas lembaran merah muda itu. Tertulis bahwa dibutuhkan karyawan penjaga toko di salah satu mall di dekat kampus kami. Seketika itu kami semua tertawa sambil tak sadar orang2 menunggu kami enyah dari tempat itu karena menghalangi jalan mereka. Akhirnya kami memutuskan untuk makan siang di salah satu warteg. 

“ eh, itu ambil lembarannya satu” seru Ryan sembari kami melangkahkan kaki awal menuju warteg


“oh iya biar kita gak ada saingannya ntar, haha” jawab si martha yang membuat kami tertawa mendengarnya.
                                                                             ---
Terlihat Sutan sudah selesai dengan makannya sedangkan anak2 masih asik dengan piring mereka sendiri-sendiri sembari menceritakan bisnis-bisnis konyol yang mereka rencanakan untuk masa depan nantinya. Dari berternak lele hingga investasi jangka panjang ke sebuah pertambakan.

“eh gini aja, kita jualan telor aja, nah kan itu pagi2 banyak ibuk2 yang gak mau repot2 masak banyak yang akhirnya nanti bakalan nyeplok telor mata sapi juga” celetuk si sutan dengan suara medok medannya sembari menerangkan lebih jauh tentang target bisnis dadakannya itu. Semua tertawa mendengarnya. Entahlan kenapa ide gila itu muncul. Kami pun akhirnya larut ke dalam pemikiran bisnis telor itu. Dengan membeli dari bandar besar dan menjualnya setelah sholat subuh dengan berkeliling ke setiap gang yang ada di perumahan dekat kampus kami dengan target pasar ibu-ibu komplek yang malas keluar untuk menyiapkan sarapan suami dan anaknya. Sekilas terdengar gila namun mungkin ini bisa menjadi kesempatan bisnis yang menguntungkan nantinya dengan adanya watak ibu-ibu yang malas untuk keluar apalagi ketika warung berada jauh dari jangkauan rumahnya. Anak-anak seketika terlihat antusias dengan usaha itu dan mungkin hanya  kami yang berpikiran bisnis aneh seperti itu.

Sejenak aku berfikir bahwa dengan adanya kesempatan dalam waktu luang dan keinginan untuk membuat dompet tebal dengan tujuan yang mungkin hanya untuk modal jalan-jalan ide gila seperti itu mungkin bakalan muncul dengan sendirinya. Sekarang mungkin kami menunggu apakah ide gila itu dapat di realisasikan dengan bentuk “konsorsium” yang  kami buat ini. Hanya tinggal kemauan dan rasa menghadapi malu mungkin yang harus kita siapkan secara matang-matang. Modal?? Telur itu benda bulat enak yang berharga relatif bisa ditampung oleh uang simpanan kami tinggal melihat fluktuasi harga telur perbutir saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar