“mau kemana kau?? Pasti playdoh ya??”
dan yang ditanyai mengangguk sambil senyum.
Ya seminggu yang lalu saat hari jumat
tinggal hitungan tiga jari, amal mengajak kami ( sebagian yang ikut) untuk
membahas kelanjutan playdough kelas yang nantinya bakalan dipampang di depan
Studen Center kampus. “ Go Green” itu awal dari tema yang kami angkat. Ee..
kelompok si amal sih awalnya. Tepat jam dua bertempat di STAN Line (jenis kafe
di kampus gue) kami membahas proyek “besar” itu dengan waktu yang sangat mepet.
Banyak usulan bagus sih dari mulai tanam pohon
kurangi pajak, pohon asuh sampai-sampai konsep indonesia bersepeda yang pas di kelas kalah saing #eh. Oh ya gue belum ngasih tau. Sebenernya ini adalah salah satu bagian tugas dari mata kuliah kami. Bukan kesenian. Coba deh bayangin lagi jurusan akuntansi ada pelajaran kesenian. Gak mungkin. Pokoknya gak mungkin. Jadi awalnya kami di bagi tujuh kelompok dan tiap kelompok disuruh bikin suatu gambaran entah 3D atau 2D dari playdough. Tau playdoh kan?? Tanya deh ke mbah google klo gak tau.
kurangi pajak, pohon asuh sampai-sampai konsep indonesia bersepeda yang pas di kelas kalah saing #eh. Oh ya gue belum ngasih tau. Sebenernya ini adalah salah satu bagian tugas dari mata kuliah kami. Bukan kesenian. Coba deh bayangin lagi jurusan akuntansi ada pelajaran kesenian. Gak mungkin. Pokoknya gak mungkin. Jadi awalnya kami di bagi tujuh kelompok dan tiap kelompok disuruh bikin suatu gambaran entah 3D atau 2D dari playdough. Tau playdoh kan?? Tanya deh ke mbah google klo gak tau.
Kami berkumpul di kosan Sutan hari
kamis pagi. Pas karena kami libur hari itu. Jarkom tertulis ngumpul jam
setengah delapan dan seperti yang kita tau bersama itu hanya ilusi belaka. Kami
mulai bergerak sekitar pukul sepuluhan lah. Dan gue dateng jam sembilan.
Bukannya mau telat tapi gak enak aja klo gak telat #lempar bata. Disinilah
dimulai proses pembuatan playdoh spektakuler kelas awak eh beta eh gue. Perdebatan
panjang terjadi karena kami ingin menyatukan ide-ide playdoh per kelompok ke
dalam konsep kelompok si Amal yang jadi pemenang. Akhirnya tercetus ide one
tree for one house. Konsep kelompok lain yang kami “wah” kan.
Setelah bekerja mati-matian selama
sekitar empat hari empat malam –serasa kosan udah pindah ke kosan sutan- dan
hampir non-stop akhirnya kami selesai membuat sebuah playdoh yang ukurannya
beberapa kalilipat dari bayangan kami. Menghabiskan sekitar tiga (gak tau
satuannya) gabus. Buat alas dua dan buat penopang gunung spektakuler kami satu.
tampak depan |
Yang lupa kami perhitungkan
sebelumnya yaitu jarak antara kosan si Sutan dengan gedung kampus yang harus
kami datangi bisa dibilamg cukup jauh. Dengan semangat 48 sembari ngebayangin
di kipasin Nabila pas di sana kami membawa playdoh dengan di pisah menjadi dua
bagian secara hati-hati. Biasanya lama waktu tempuh cuma sekitar sepuluh menit,
dengan membawa playdoh berat itu dan masih berdempet-dempetan ama kelas lain
yang juga bawa playdohnya, waktu tempuh menjadi sekitar setengah jaman dengan
bau ketek kami yang menjadi-jadi. Berat dan TEGANG men. Eee... maksudnya karena
takut jatuh makannya tegang.
Sesampainya di sana terlihat playdoh
kami bisa dibilang cukup besar dari playdoh-playdoh lainnya. “haha playdohnya
seiprit” gue teriak sambil nunjuk-nunjuk playdoh yang di samping.... dalam
hati. Cara penjuriannya cukup aneh menurut gue. Setiap mahasiswa dan dosen
memilih salah satu dari playdoh yang ada dengan kertas yang udah di kasih satu
per satu. Logikanya anak kelas pasti bakalan milih kelasnya. Dan pemenang
mungkin bakalan di tentuin dengan suara dari para dosen, para mahasiswa yang
kelasnya gak bikin playdoh dan para mahasiswa yang murtad ama kelasnya sendiri.
Hasrat kami menggebu-gebu teriak
sana-sini buat milih playdoh bikinan kami. Tapi semua itu berubah sejak negara
api menyerang. Eh maksudnya sejak diumumkan kalau playdoh tidak boleh lebih
dari dua kilo. Kita langsung lemes. Gak ada pemberitahun dari dosen sebelumnya.
Entah mau ngomong apa.
Namun di diskualifikasi atau enggak,
menang atau gak menang seenggaknya dengan membuat playdoh ini kelas gue makin
bisa ngumpul selain buat makan-makan. Gak ada yang sia-sia di empat hari empat
malam pembuatan playdoh itu. Meskipun gak menang seenggaknya playdoh kami bisa
kami bilang keren. Keren banget malahan. Meskipun rencana buat gunungnya
meletus dan mengeluarkan asap gagal tapi kami bangga saat secara tak menyangka
bisa membuat sebuah playdoh sebesar dan sekeren itu!!
pas jadi |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar