Novel.
Mungkin banyak orang yang suka membaca buku itu
yang kebanyakan tebal dan hanya berisi kata-kata tanpa ada gambar satu cuil-pun
di dalamnya. Sebenarnya dulu gue gak ada tertariknya sama sekali dengan yang
namanya buku tanpa gambar itu. Komik pun gue masih milih-milih. Mungkin doraemon,
conan dan kungfu komang yang biasanya ada saat gue lagi bosan ngapa-ngapain
atau menunggu dengan tenang di kamar mandi *if you know what i mean* *jangan
mesum*.
Tiap diajak ke Bepe (nama mall dekat kampus, bukan
bang bambang pamungkas) ama si Vincen, dia selalu menyempatkan pergi untuk
sekedar menginjakkan kaki di gramedia dan melihat-lihat novel yang terlihat
klasik saat gue perhatikan cover yang terpampang di depannya. Berkeliling sekitaran
sejam dan akhirnya hanya berkata
“pengen banget itu buku, tapi masih gak ada uang” dan
akhirnya mencari lagi dan pulang. Begitu seterusnya.
Entah apa menariknya membaca tulisan-tulisan
berpuluh-puluh ribu yang terpampang tanpa ada warna di secarik kertaspun, Cuma warna
dasar kertas. Bisa dibilang hitam putih. Melihatnyapun serasa mata ini terbakar
dan bilang
“cukup jangan dekati aku kau bacaan tanpa gambar,
cukup”
Semua ini terjadi hingga pada suatu waktu juga dengan
si vincen yang selalu tak absen masuk ke rak-rak buku di gramedia, gue
menemukan sebuah novel atau bacaan atau entahlah namanya yang tak bergambar
yang membuat gue sedikit tertarik. Ber genre
komedi. Tapi apa ada saat itu dompet masih enggan menganga dan memberikan
secara ikhlas kepada kasir. Akhirnya gue tinggal novel itu dengan perasaan yang
amat sedih sesedih ninggalin cewek yang baru kita kenal dan bikin kita tertarik
seketika. Njleeb
novel perdana gue *terharu* :') |
Sekitar sebulan kemudian amal mengajak frisa untuk
sekedar menemaninya ke gramedia untuk membeli alat-alat gambar untuk bisnis
yang ingin dia coba. Ya menggambar, apalagi coba. Akhirnya gue, geza,
widodo,fachol dan sutan ikut dalam rombongan. Seperti biasa, entah ingin atau
udah terbiasa dan agak janggal jika tak mampir ke rak-rak buku gramedia, gue
pun mencoba mencari buku yang udah menarik mata gue sebulan yang lalu itu. Rak bertuliskan
best seller ternyata sudah
menyingkirkan novel itu dan menggantinya dengan novel baru lainnya. Gue gak
pantang menyerah, mencari buku itu dari rak satu ke lainnya, dari rak
bertuliskan “majalah” hingga “pujian” *yakali itu novel nyangkut di rak-rak
itu*. Akhirnya gue temukan tumpukan novel itu di bawah lantai. Dari best seller
ke lantai pinggir orang-orang lalu lalang tanpa ada sign apapun diatasnya. Dengan berat hati gue ambil dan berjalan
dengan satu kaki yang masih belom ikhlas untuk melangkah ke mbak-mbak penjaga
kasir.
“gue harus beli, gue harus beli, kamehamehaaaaa” dalam
hati. Dan uang 50ribuan pun sudah ada di depan kasir dan dengan senyum
mbak-mbak kasir mengambil jatah makan dua hari gue dengan mudahnya. Akhirnya gue
punya novel atau apalah namanya itu dan gue beli itu novel. BELI bukan PINJAM!!
*terharu* “bakalan puasa dua hari ini” *nangis seketika*.
Akhirnya novel itu selesai dalam waktu 3 hari saja. 38
ribu dan udah habis dibaca 3 hari. Ternyata novel itu tak abadi. Ngapain gue
beli waktu itu. Ya sempat nyesel tapi yasudahlah semua udah terjadi setidaknya
gue bisa punya cerita ke cucu nanti klo gue udah beli novel. *gak penting*
Entah kenapa tapi hasrat buat baca novel yang lain
semakin menggebu-gebu. Dan akhirnya novel kedua gue baca. Meskipun bukan
tentang komedi tapi gue coba buat dibaca. Sekitar enam hari kemudian novel
kedua selesai. Sebagai catatan novel kedua bukan hasil dari pengeluaran uang di
dompet tetapi pinjaman dari kamar kos sebelah. Sedikit demi sedikit entah
kenapa saat ini gue tertarik dengan yang namanya novel atau bacaan tanpa gambar
sedikitpun atau apalah itu namanya. Tanpa itu entah kenapa serasa ada yang
kurang. Gue udah tertarik dengan novel. Gue Butuh Novel!! Pinjemin Gue wooyy!!
*gak nyantai*
bacaannya maul masih teenlit -_-
BalasHapuskan aku masih muda pis
Hapus:3