Adzan udah berkumandang dari masjid yang ada di
belakang kosan. Baju, sarung dan muka gue udah terlihat rapi. Serasa tingkat
kegantengan naik sebesar 25%. Iya naik 25% dari tingkat kegantengan gue yang
-25%. Udah gue bilang kan sebelumnya klo gue itu gak ganteng tapi cakep #sikap.
Kaki ini udah mulai berjalan menuju mesjid. Melewati gang sempit kosan yang
sempitnya bisa dibilang gak ketulungan. Setelah
lepas dari gang itu tiba-tiba terlihat dua buah anak kecil cowok yang sejoli
sedang asik dengan mainan gopek yang baru mereka beli. Kemudian salah satu dari mereka tiba-tiba
berbisik ke anak lainnya dengan suara lirih dan lantang. Iya berbisik namanya
meskipun lantang suaranya.
Selasa, 26 Februari 2013
Minggu, 17 Februari 2013
Kuliah Senin-ku
Terlihat matahari sudah tinggi dan ditutupi oleh awan
tebal yang menghalangi radiasi sinar menuju tubuh yang hampir seperti zombi. Ya
Zombi. Dengan muka lusuh, jelek dan rambut awut-awutan ditambah berjalan dengan
lemas sama halnya seperti zombi yang gak jelas dan jelek pula. Hal itu pun
diperkuat oleh temanku. “ih maul mukamu kok jelek gitu sih” dengan mudahnya si
Vincen ngomong itu saat berpapasan di gang sempit menuju kampus.-___-". Bagaimana
tidak kemarin sejenak mengecek Portal Kampus yang akhirnya berguna juga untuk
jadwal kuliah dan tertulis bahwa tidak ada jadwal untuk hari senen. Dengan semangat
45 akhirnya aku memutuskan untuk begadang sampai jam dua sekedar kepoin teman
di “buku muka” a.k.a facebook dan mengutak atik amatir blog sendiri.
Terbangun jam 7 karena suara Adele yang merdu menjadi
sumbang akibat kualitas audio hape yang urakan. Lupa juga kalau ada janji
jogging jam setengah enam. Sebenarnya juga gak yakin bakalan bangun sepagi buta
itu. Akhirnya aku memutuskan untuk membuka facebook dan twitter seperti
biasanya melihat curahan-curahan hati anak-anak galau serta alay di pagi hari. Dengan
mata yang masih belum bisa melek dan nyawa yang masih terkatung-katung entah
dimana kuambil hape merk china yang setara i-phone-ku dan melihat ada seonggok
sms di dalamnya yang berisi:
Sudah Jatuh Terburai Kemana-mana
Sudah Jatuh Terburai Kemana-mana. Mungkin itu yang
bisa menjadi ungkapan ketika hape yang bukan satu-satunya tapi menjadi pengguna
pertama jatuh untuk kedua kalinya. Memang hape merk N*kia 6020 menjadi hape
yang menurutku kuat di segala bidang. *Ah Lebay. Setidaknya dalam bidang jatuh
dan terjatuhkan. Sudah sekitar dua kali si handphone itu *sebut saja
Hape*terjatuh dengan indahnya dari ketinggian yang mungkin tak bisa ditolerir.
Kejadian pertama terjadi ketika aku sudah mengakhiri
sesi makan siang disebuah warteg dekat kosan. Saat sudah membayar dan beranjak
ke kosan tercinta entah kenapa otak ini mencari kunci yang faktanya ada di
tanganku. Karena agak panik tiba-tiba. Praakk!!!
Si Hape dengan santainya meluncur ke bawah tanpa ada hambatan. Casing Hape
yang baru di beli sekitar dua minggu dari kejadian akhirnya porak poranda. Seketika
aku termenung melihat nasib Hape yang tanpa baju sama sekali itu. Butuh beberapa
detik untuk bisa memungutnya dari tanah beraspal tak rata. Mencoba mencek lebih
dalam dan untung casing masih bisa digunakan meskipun dalam keadaan patah
sebagian.
Kamis, 14 Februari 2013
Ide Gila Mahasiswa Tingkat Akhir
Mahasiswa Tingkat akhir merupakan mahasiswa dimana
dengan keadaaan produktifitas masuk kelas yang sangat kecil. Bagai mana tidak,
dalam seminggu kami hanya masuk empat kali meskipun itu dalam empat hari yang
tiap harinya hanya bisa bertemu dengan satu dosen. Mungkin hal ini juga yang
membuat kami memikirkan hal-hal aneh yang bisa membuat bukan hanya membuat
hari-hari “libur” itu gak sia-sia namun juga dompet yang akan menebal dengan
sendirinya.
Sekitar dua setengah jam kami harus berkutat dengan
akuntansi hari ini. Terlihat juga banyak anak kelas yang kantung matanya
memiliki kantung mata. Yah mau bagaimana lagi ternyata jadwal Liga Champions
yang ada tidak sejalan dengan jadwal kuliah jam delapan pagi. Pulang sepertinya
menjadi kata yang bisa membuat kami semua seperti bebas. Bebas untuk menaruh
seluruh bagian tubuh ke sebuah benda empuk nyaman yang bernama kasur. Aku,
Frisa, Akha dan Ryan berjalan pulang dari Gedung Kuliah yang letaknya paling
jauh di kampus kami. Terlihat dari kejauhan Geza, Martha, Sutan, Fachol dan
Mute’ sedang berkumpul yang membuat jalan utama ke kampus yang sempitnya minta
ampun itu terhalang tubuh2 mereka yang berkerumun menjadi satu.
Langganan:
Postingan (Atom)